PCIM Malaysia - Persyarikatan Muhammadiyah

PCIM Malaysia
.: Home > Artikel

Homepage

Nasehat Kepada Pemimpin

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
29 Maret 2012 08:56 WIB
Dibaca: 2591
Penulis : M. Arifin Ismail MA, Ketua PCIM Malaysia

Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan RasulNya dan (janganlah) kamu mengkhianati amanah yang telah diberikan kepada kamu ( QS.Anfal:27)

Khalifah Umar bin Khattab berkata bahwa pemimpin dan penguasa itu ada empat katagori : (1) Penimpin dan pegawai yang mampu menguasai hawa nafsu. Mereka ini termasuk mujahid di jalan Allah, dan Allah akan selalu memberkati kerja dan usaha mereka. (2) Pemimpin yang baik tapi lemah, sehingga kelemahan tersebut memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk berbuat yang tidak baik. Pemimpin seperti ini bagaikan berada di tepi jurang kehancuran kecuali jika Allah menolongnya. (3) Pemimpin yang tidak baik tetapi pegawainya berprilaku baik. Pemimpin seperti ini berada di neraka Huthamah, sebab dia telah mencelakakan dirinya sendiri.(4) Pemimpin dan seluruh pegawainya tidak baik, maka semuanya akan hancur binasa.

Oleh Sebab itu , Rasulullah mengingatkan umatnya bahwa pemimpin yang paling berbahaya bukanlah karena factor iman atau kafir dalam agamanya tetapi karena pengkhianatan dan kemunafikan yang dilakukan olehnya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis : “ Aku tidak takut atas umatku dari orang mukmin atau orang kafir, karena yang beriman akan ditegur oleh imannya, dan yang kafir akan diingatkan oleh kekufurannya. Tetapi yang aku khawatirkan adalah orang munafik yang pandai memutar lidah, dia mengatakan apa yang kamu ketahui tetapi dia melaksanakan apa yang kamu benci “. ( Hadis riwayat Thabrani ).

Untuk menghindari rusaknya pemimpin, maka masyarakat mempunyai hak untuk menasehati pemimpin tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam hadis : “ Sesungguhnya Allah rela kepada kamu dalam tiga perkara, pertama kamu menyembahNya dan tidak menyekutukanNya, kedua kamu berpegang teguh kepada agama Allah seluruhnya dan tidak berpecah belah, dan ketiga kamu menasehati orang yang dilantik oleh Allah untuk memimpin urusan kamu “ ( riwayat Muslim ).

Kewajiban masyarakat untuk menashati pemimpin dinyatakan oleh Imam Al Qurtuby  : “ Pemimpin itu apabila diangkat dan kemudian melakukan perbuatan fasik yang nyata ( seperti melanggar perintah Allah, melakukan tindakan diluar hukum, melakukan kedzaliman, tidak dapat melaksanakan amanah pekerjaannya dengan baik ) maka pemimpin itu perlu dijatuhkan. Pemimpin dipilih adalah untuk menegakkan hukum Allah, membela kebenaran dan keadilan, dan melaksankan segala urusan pemerintahan, maka jika hal itu tidak dapat dilakukannya maka tidak adalah arti  kepemimpinan bagi dirinya “.

Kedzaliman adalah lawan daripada keadilan. Orang yang berbuat dzalim adalah orang yang telah melanggar nilai-nilai keadilan. Sedangkan kemaksiatan adalah melakukan segala sesiatu yang bertentangan dengan hukum dan perintah Allah. Melakukan penyalahgunaan kekuasaan adalah kedzaliman. Melakukan Korupsi, nepotisme, kronisme adalah kedzaliman. Tidak melaksanakan amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya juga merupakan suatu kedzaliman. Tetapi kedzaliman dan kemaksiatan seorang pemimpin tersebut harus merupakan suatu fakta yang jelas dan bukan merupakan sangkaan atau gossip semata. Jika telah jelas melakukan pelanggran hukum, dan kedzaliman maka masyarakat perlu bersikap. Itulah sebabnya dalam hadis disebutkan : “ Barangsiapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya jika dia mampu untuk melakukan itu, apabila dia tidak mampu mencegah dengan tangannya, maka hendaklah dia mencegahnya dengan lidahnya, dan apabila tidak mampu juga, maka hendaklah dia mencegahnya dengan hati, dan tindakan yang terakhir ini merupakan selemah-lemah iman “. Hadis ini menyuruh setiap muslim harus mempunyai sikap dalam menghadapi kedzaliman dan kemungkaran, paling tidak mencegahnya dengan hati, bukan mendukungnya, apalagi jika kedzaliman itultelah nyata dan terbukti.

 Imam Ibnu Hazm menjelaskan hadis ini berkata: “ Menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran adalah kewajiban setiap muslim. Jika dia memiliki kekuasaan dan kemampuan, maka hendaklah melakukannya dengan tangannya ( kekuasaan,  dan wewenang ) yang ada pada dirinya. Jika tidak mampu dengan tangannya, maka hendaklah dia mencegah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga , maka hendaklah dia mencegah, dengan hatinya, yaitu  tidak menyetujui kemungkaran dan kedzaliman itu, dan tindakan yang terakhir ini merupakan sikap yang diambil oleh manusia yang mempunyai iman terendah. Kalau mencegah dengan hati juga tidak dapat dilakukannya, maka berarti orang itu sudah tidak memiliki iman.” Bagaimana lagi dengan orang yang mendukung kedzaliman atau pemimpin yang sudah jelas berbuat dzalim ..? Itulah sebabnya sejarah telah mencatat bahwa tatkala tatkala Umar binKhattab berpidato diatas mimbar : Wahai kaum muslimin sekalian..bagaimanakah pendapatmu jika aku dalam tindakanku nanti ada yang agak condong kepada kehidupan dunia ( sambil berkata Umar menggerakkan kepalanya  agak miring sedikit ). Salah seorang pendengar langsung berdiri : “ Wahai Umar, jika itu yang engkau lakukan, maka kami akan meluruskanmu dengan pedang ini “. Melihat itu Umar bin Khattab berkata ; Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantararakyatku orang yang berani meluruskanku jika aku melakukan kesalahan “.

Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap hari Abubakar berkata kepada rakyatnya : wahai kaum muslimin, aku ingin mengembalikan jabatan ini kepadamu sekalian, maka pilihlah orang yang lebih pantas daripadaku “. Tetapi setiap kali mendengar kata-kata itu, Ali bin Abi thalib menjawab : “ Kami tidak akan menarik balik pilihan jabatan khalifah daripadamu dan juga tidak pernah meminta kamu untuk memngembalikan jabatan tersebut karena sesungguhnya rasulullah telah melebihkan kamu dianatara kami semua, maka mana mungkin kami dapat melucut jabatan kamu tersebut.? Beginilah pribadi seorang pemimpin dalam islam, yaitu pribadi pemimpin yang siap untuk menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada rakyat kapan saja jika memang rakyat telah melihat bahwa dia sudah tidak layak lagi untuk menjadi pemimpin

Jika seandainya masyarakat melihat seorang pemimpin sudah melakukan kesalahan dan membiarkan kesalahan itu terus berlangsung di depan matanya, maka masyarakat itupun akan bertanggungjawab di depan Allah taala. Rasulullah saw bersabda  : “ Akan datang penguasa yang dzalim dan fasiq, maka barangsiapa yang percaya akan kebohongannya, maka orang yang percaya itu bukan dari golonganku ( umat Muhammad ) dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak akan masuk ke dalam surga “ ( Hadis riawayat Tirmidzi ). Dalam sebuah hadis lain disebutkan : “ Akan datang sesudahku, pemimpin-pemimpin yang berdusta dan dzalim. Maka barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kedustaannya dan menolong mereka diatas kedzalimannya, maka mereka itu tidaklah termasuk golonganku dan aku terlepas daripada mereka, serta mereka itu tidak akan dapat menghampiri kolamku nanti di hari akhirat “ ( Hadis riwayat Tirmidzi ) .

Seorang pemimpin tidak boleh menipu rakyat atau mempergunakan rakyat untuk kepentingannya sendiri, apalagi memakai politik uang untuk mempertahankan kedudukannya.  Semoga pemimpin hari ini  masih selalu ingat dengan hadis dari Rasululah yang artinya : “ Jika seorang hamba diberi Allah kekuasaan untuk memimpin rakyatnya tetapi dia melakukan penipuan terhadap rakyat yang dipimpinnya, maka nanti setelah meningal dunia ma ka Allah akan mengharamkannya masuk ke dalam surga “ ( hadis Muttafaqun alaihi ). Dalam hadis disebutkan : “ Siapa yang menjadi pemimpin walaupun terhadap tiga orang maka dia akan diikat tangannya untuk diminta tanggung jawab, jika dia adil maka ikatan itu akan dibuka, tetapi jika dia tidak adil, maka ikatan itu ynag akan menariknya ke  dalam neraka “ ( hadis sahih riwayat oleh Ibnu Hiban ).Fa'tabiru Ya Ulil alil albab. ( Red: NlH)


Tags: PCIM , Cabang , Istimewa , KualaLumpur , Malaysia , Buletin , Pemimpin
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Buletin Jumat

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website