PCIM Malaysia - Persyarikatan Muhammadiyah

PCIM Malaysia
.: Home > Artikel

Homepage

Peran Sekolah Indonesia Luar Negeri

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
12 April 2012 09:24 WIB
Dibaca: 2899
Penulis : Sulton Kamal, Sekretaris Umum PCIM Malaysia

Diantara ribuan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, orang mungkin terlepas pandang dengan keberadaan sekolah indonesia luar negeri.

Sekolah Indonesia di luar negeri awalnya menurut sejarah memang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan nasional anak-anak diplomat dan staf lokal KBRI setempat, serta orang Indonesia yang kebetulan bekerja di negara terkait.

Tetapi sekarang, mau tidak mau SILN menjadi salah satu fungsi pelayanan pendidikan bagi siapapun warga negara Indonesia (termasuk anak-anak TKI), disamping menjadi organ perwakilan untuk melaksanakan missi soft diplomacy, khususnya dalam penetrasi kebudayaan.

Sekolah Indonesia di luar negeri berstatus sebagai sekolah swasta berbantuan yang penyelenggaraan dan pengelolaannya menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari masyarakat Indonesia di negara setempat, tentu termasuk didalamnya, adalah pihak perwakilan Republik Indonesia (KBRI).

Sedangkan bantuan teknis diberikan oleh Pemerintah Indonesia melalui kementrian pendidikan nasional dalam bentuk penyediaan buku-buku pelajaran, pengadaan peralatan dan sarana pendidikan, penugasan PNS untuk diperbantukan sebagai kepala sekolah dan guru.

Keberadaan sekolah indonesia diluar negeri pada hakekatnya mempunyai peran yang tidak berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya di dalam negeri, yaitu diharapkan untuk bisa turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanahkan dalam pembukaan UUD 45.

Lebih jauh tentunya SILN juga dituntut dapat mewujudkan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam undang-undang sisdiknas bab II pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional yang antara lain untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagaimana diketahui peserta didik SILN sangat heterogen (khususnya bagi negara-negara tujuan tenaga kerja Indonesia) dari mulai anak lokal staff, home staff KBRI, ekspatriat, sampai anak-anak TKI yang bekerja secara informal di luar negeri.

Belum lagi lingkungan negara berkaitan yang tradisi dan budayanya sama sekali berbeda dengan budaya nusantara yang ada di Indonesia, sehingga kendala yang dihadapi SILN dalam mendidik karakter anak bangsa sangat terasa sekali.

Lebih-lebih untuk mencapai tiga kelompok konsep yang akan dikembangkan dalam pendidikan karakter yaitu; Pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, Pendidikan karakter tentang keilmuan dan teknologi, serta Pendidikan karakter untuk mencintai bangsa dan negara Indonesia.

Namun demikian, tantangan adalah tantangan, yang harus dicarikan solusi dan jalan keluarnya. Pilihannya adalah kita mau berusaha atau tidak, ibarat orang mendengar jam weker: kita mau bangun atau tidak dari tempat tidur kita, tergantung sepenuhnya oleh kita manusianya.

Kita sudah tahu ada tantangan yang memiriskan dalam mendidik anak-anak generasi mendatang, jawabannya hanya berusaha sekuat tenaga yang mampu untuk menyelamatkan anak bangsa atau kita berpura-pura tidak tahu dan membiarkan apa adanya.

Belajar dari SILN Kuala Lumpur

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Selanjutnya disingkat SIK) adalah salah satu sekolah indonesia luar negeri yang tertua di seluruh perwakilan Republik Indonesia yang ada di Luar Negeri.

SIK secara resmi berdiri pada tanggal 10 Juli 1969, dan tercatat dalam lembaran negara melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 05/1971 tanggal 7 Januari 1971. Pada masa itu KBRI Malaysia di Kuala Lumpur dipimpin oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Mayjen H.A. Thalib Gelar Deputi Santio Bawo.

Ditilik dari umurnya yang sudah 43 tahun, SIK ibarat umur seorang anak manusia adalah sudah dewasa, umur yang cukup matang untuk bisa membedakan "hitam dan putih".

Oleh karena itu sudah sepatutnya kita menengok kiprahnya selama ini sebagai sekolah indonesia yang relatif tua, tentunya disamping SIK adalah sekolah indonesia luar negeri yang mempunyai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang lengkap mulai dari TK, SD, SMP dan SMA.

Juga dari segi jumlah siswa-siswinya yang paling banyak diantara SILN-SILN yang lain, sehingga SIK sekilas tidak ada bedanya dengan sekolah-sekolah kebanyakan yang ada di Indonesia.

Sejak 3 tahun kebelakang, SIK membenahi proses pendidikannya sehingga bisa dikatakan "berubah" dari yang selama ini berjalan.

Hal ini disadari oleh karena keprihatinan dunia pendidikan di Indonesia secara umum akan kondisi anak-anak bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan Indonesia 20-30 tahun kedepan dan dicanangkannya tema "Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa" oleh pemerintah pada acara peringatan Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2010.

Dimulai dari visi dan missi, SIK merubah dari visi yang sebelumnya menjadi sebagai institusi pendidikan dasar dan menengah yang mengedepankan budi dan budaya, terakreditasi, serta berkualitas internasional.

Adapun missinya diubah menjadi memperkuat pendidikan nilai budi sebagai jati diri generasi penerus bangsa, melestarikan dan mengembangkan serta mempromosikan seni budaya Indonesia.

Memenuhi delapan standar nasional pendidikan, melakukan kerjasama internasional demi pengembangan kurikulum berwawasan global yang mengakomodasi kepentingan nasional. Dari visi dan missi baru inilah segenap civitas akademika SIK di picu dan dipacu untuk bersama-sama dapat merealisasikannya.

Kami sepakat bahwa peran Guru di SIK dalam kegiatan KBM maupun kehidupan kesehariannya adalah sangat dominan dan menentukan bagi proses pendidikan peserta didik, karena guru merupakan panutan dan contoh tauladan bagi para peserta didik, inilah yang di SIK disebut sebagai kurikulum hidup (what so called the living curriculum).

Seorang guru dituntut dapat menjadi kaca untuk bercermin bagi peserta didiknya, karena guru itu digugu lan ditiru sebagaimana pepatah jawa mengatakan.

Kemudian yang selanjutnya adalah masalah peserta didik, SIK mengharapkan mereka lebih untuk menjadi orang yang baik dulu daripada pandai, sebab menurut keyakinan kami bahwa peserta didik lebih mudah akan menjadi pandai apabila mereka menjadi orang yang baik terlebih dahulu, dibandingkan sebaliknya.

Karenanya visi SIK lebih mengedepankan budi yang utama bagi segenap civitas akademikanya, dan budi itu digali dari sumber jatidiri nasional bangsa Indonesia sendiri yaitu pancasila, yang kemudian diderevasikan menjadi nilai-nilai dasar keseharian di SIK yaitu: Kejujuran dan Kedisiplinan, Kasih Sayang dan Kepedulian, Keanekaragaman dan Respek, Demokrasi dan Tanggungjawab, Profesionalisme dan Kepatutan.

Dalam prakteknya kita melaksanakan proses pendidikan terhadap peserta didik dalam KBM maupun diluar berdasarkan nilai-nilai budi yang ingin kita tumbuh kembangkan didalam karakter kepribadian setiap siswa.

Dimulai ketika siswa-siswi memasuki halaman sekolah, mereka disapa dan disalami oleh Kepala Sekolah dan guru-guru yang sudah menghadang untuk sekedar menanyakan bagaimana keadannya.

Kemudian di kelas sebelum belajar mereka dibiasakan untuk menyanyikan setiap pagi salah satu lagu kebangsaan (tentu juga berdoa bersama-sama sebelumnya), dan juga mengucapkan pancasila untuk kelas-kelas SD.

Diharapkan dari proses ini mereka terbuka hatinya dan akan membiasakan diri dengan hal-hal yang baik. Sekali lagi kami percaya bahwa karakter dan integritas moral kepribadian manusia adalah merupakan hasil dari kebiasaan dan pembiasaan perilaku sejak yang terakumulasi sejak dini (character is a cumulative result of habitual actions).

Oleh sebab itu peserta didik yang dibiasakan dengan perilaku yang baik (sesederhana apapun itu dalam pandangan umum) akhirnya akan tertanam dalam diri dan kepribadiannya kebiasaan tersebut, dengan demikian mereka diharapkan kelak juga akan mempunyai karakter yang ramah, sopan, religius dan tumbuh perasaan cinta terhadap tanah air.

Awalnya susah, canggung dan terkesan memberatkan bagi semuanya, bagaimana tidak selama ini siswa-siswi datang begitu saja ke sekolah, mereka juga tidak sedikit yang tidak hafal lagu-lagu kebangsaan seperti; Padamu Negeri atau Tanah Airku, banyak juga siswa-siswi yang kurang mengerti pancasila dan tidak hafal sila-silanya.

Di Kuala Lumpur siswa-siswi sudah sering menggunakan bahasa dengan dialek melayu yang agak berbeda dibanding bahasa nasional kita Bahasa Indonesia, sehingga walaupun mereka menerima pelajaran Bahasa Indonesia tidak jarang kita temui mereka masih mencampur adukkannya dengan Bahasa Melayu.

Bahkan tidak jarang kita dapati rasa bangga diri para siswa terhadap tanah airpun kurang, akibat seringnya mereka menonton televisi dan membaca berita-berita media lokal yang relatif merendahkan martabat bangsa Indonesia dan selalu menyajikan berita tidak baik tentang Indonesia.

Sedikit banyak mental mereka ikut terpengaruh. Alhamdulillah, dengan usaha semua pihak, kini rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap tanah air mereka mulai muncul.

Apalagi siswa-siswi didampingi para gurunya juga mempelajari kesenian dan budaya Indonesia yang seringkali dipentaskan, serta turut mengisi event-event Internasional.

Ini dirasakan atau tidak, akhirnya membuat setiap siswa merasa ikut memiliki, kemudian senang memelihara dan melestarikan budaya bangsanya.

Di SIK tidak ditoleransi yang namanya kecurangan, setiap siswa yang melakukannya berarti siap untuk menerima akibatnya yaitu pengurangan point dan sangsi tertentu yang akan diberikan oleh guru disiplin, wali kelas maupun guru yang mengampu KBM di kelas, yang ujung-ujungnya bisa saja dikeluarkan dari sekolah.

Dari hal itu kita mengharapkan mereka menginternalisasi dalam kepribadiannya nilai-nilai kejujuran dan sportifitas, sehingga siswa-siswi dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, seandainya mereka tidak belajar mereka mengetahui akibatnya akan mendapat nilai rendah. Jangankan yang tidak belajar, yang belajarpun belum tentu dapat nilai yang tinggi.

Dalam kenyataannya, sebagai puncak pencapaian apa yang diusahakan dan dilakukan, selama 3 tahun kebelakang peserta Ujian Nasional di SIK benar-benar lulus dan tidak lulus murni dari hasil usaha para peserta didiknya, tidak ada itu namanya team sukses dan team-team lainnya.

Dari apa yang telah dilakukan dan diusahakan oleh SIK, walaupun kita meyakini bahwa pendidikan itu adalah proses yang panjang long life education atau bahasa agamanya 'tholabul ilmi minal mahdi ilal lahdi'.

Kita semua percaya dari yang sedikit di SIK atau dimana saja sekolah indonesia luar negeri, di masa hadapan akan muncul kader-kader bangsa yang berkarakter dan akhirnya juga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.

Sebagaimana diidamkan oleh funding father kita ketika mengungkapkan "nation and character building", hal yang demikian disadari sangat penting, lebih-lebih karakter manusianya sebagai dasar untuk menentukan maju tidaknya sesuatu bangsa, sebab keunggulan manusia (human excellence) itu ada pada dua keunggulannya.

Keunggulan dalam pemikiran dan keunggulan dalam karakter (excellence of thougt) dan (excellence of character), semoga muncul pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia pada masa hadapan dari SIK dan SILN-SILN yang lain. (detikNews, red:NlH)


Tags: PCIM , cabang , istimewa , KualaLumpur , Malaysia , Pendidikan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Pendidikan

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website