PCIM Malaysia - Persyarikatan Muhammadiyah

PCIM Malaysia
.: Home > Artikel

Homepage

Makna Halal bil Halal

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
28 September 2011 19:56 WIB
Dibaca: 2160
Penulis : M. Arifin Ismail MA, Ketua PCIM Malaysia

" Berikanlah maaf, dan berbuat baiklah kamu " ( QS.AlAnfal : 199)

Halal bil Halal adalah istilah yang dipakai untuk memperbaiki hubungan seseorang dengan orang yang lain dengan melakukan kunjungan atau silaturahim antar umat di bulan syawal. Istilah halal bil halal diambil dari hadis yang berbunyi : “ Jika seseorang itu mempunyai kesalahan kepada orang lain, maka hendaklah dia segera menghalalkan (meminta maaf ) atas kesalahan tersebut, sebab nanti kesalahan itu akan dituntut pada hari kiamat sehingga kebaikan orang yang bersalah itu diberikan kepada orang yang diszaliminya, dan jika kebaikan orang yang melakukan kedzaliman tersbeut sudah habis, sedangkan tuntutan masih ada, maka kesalahan orang yang didzalimi itu akan diberikan kepada orang yang melakukan kesalahan “. ( Hadis riwayat ).

Halal bil Halal dari kalimat “hallala “ yaitu menjadikan sesuatu yang haram menjadi halal. Halal bil Halal adalah menjadikan sesuatu yang haram seperti pertengkaran, permusuhan, terputusnya tali silaturahim menjadi halal dengah cara memaafkan orang yang bersalah, memperbaiki hubungan satu dengan yang lain. Halal bil Halal dengan memperbaiki hubungam silatutahim merupakan syarat untuk kembali kepada fitrah kemanusiaan. Manusia memiliki dua fitrah. Pertama fitrah penghambaan kepada Tuhan yang disebut dengan Fitrah tauhid. Kedua fitrah kemanusiaan, yaitu persaudaraan sesama umat manusia.

Fitrah kemanusiaan adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah sebagai bagian dari kehidupan manusia. Dalam al Quran Allah berfirman : “ Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu lelaki dan perempuan, berpuak dan berbangsa , adalah untuk saling mengenal , sesungguhnya orang yang paling mulia adalahorang yangpaling taqwa diantara kamu “ ( QS.Hujurat ). Perbedaan individu, karakter, sifat, wara kulit, adat, bangsa  dan kelompok, bukan untuk perpecahan tetapi merupakan potensi kekuatan yang dibentuk melalui persaudaraan. Oleh sebab itu “ Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka perbaikilah hubungan diantara kamu “ ( QS.Hujurat ).

Kalimat “ Minal Aidin “ bermakna kembali kepada fitrah, baik fitrah tauhid, penghambaan kepada Allah maupun fitrah kemanusiaan dengan silaturahmi dan persaudaraan antar umat manusia.  Kembali kepada fitrah merupakan jalan kesucian diri. Kesucian diri kepada Allah dengan tauhid, dan kesucian diri dengan manusia dengan meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan, dan dengan merapatkan hubungan silaturahim antar sesama individu, kelompk dan masyarakat. Kesucian diri dalam hubungan kepada Allah dan kesucian diri dalam hubungan kepada manusia merupakan landasan utama untuk meningkatkan kualitas kehidupan, baik kualitas ibadah kepada Allah maupun kualitas kerja dan amal dalam menjalankan tugas kekhalifahan di atas permukaan dunia.

Syawal berasal dari kalimat “ syawwala “ yang bermakna : meningkat. Oleh sebab itu bulan syawal adalah bulan peningkatan. Ramadhan adalah bulan penyucian dan pembersihan. Individu yang bersih tidak memiliki asti jika tidak dapat berinteraksi dengan individu suci yang lain, kecuali jika adanya hubungan antara individu tersebut. Hubungan antar individu itu ada yang baik, ada yang rusak, ada yang jauh , ada yang dekat. Oleh sebab itu persaudaraan tidak akan terjalin jika hubungan itu belum baik, oleh sebab itu ayat diatas mengkaitkan nilai persaudaraan (ukhuwah ) dengan sikap memperbaiki hubungan (ishlah). Oleh sebab itu dalam hadis dijelaskan : “ Bukanlah silaturahim itu hanya mendatangi orang yang memberikan engkau sesuatu pemberian, tetapi silaturahim itu adalah engkau datang kepada orang yang memutuskan silaturahmi “.

Bulan Syawal adalah bulan silaturahim, dan dengan silaturahim terjalin, maka amal ibadah ramadhan, akan diterima oleh Allah Taala, sebab Allah tidak akan menerima amal ibadah seorang manusia sebelum manusia itu memperbaiki hubungannya dengan manusia yang lain. Dalam hadis yang disampaikan oleh Anu Hurairah bahwa rasulullah bersabda : “ Amalan manusia diangkat setiap hari senin dan kamis, maka Allah akan memberikan ampunanNya kecuali kepada mereka yang syirik dan orang yang masih bertengkar. Allah berkata kepada malaikat : “ Tinggalkan amalan orang yang masih bertengkar itu sampai mereka berdamai “ ( hadis riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi, Abu Daud, Malik dan Muslim ).

Muaz bin Jabal juga menyatakan bahwa dia mendengar Nabi Muhammad saw bersabda : “ Allah akan melihat seluruh amal ibadah hambaNyadalam setahun  pada malam Nisfu Sya’ban, dan akan memberikan ampunanNya kecuali kepada orang yang masih melakukan syirik dan mereka yang masih bertengkar “ ( riwayat Ibnu Majah, Baihaqi, Ibnu Hibban, Thabrani )

Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasululah saw bersabda : “ Ada tiga orang yang tidak akan diangkat shalatnya walaupun satu jengkal dari kepalanya, yaitu shalat imam yang tidak disukai oleh makmumnya, shalat seorang istriyang tidur (istri yang melakukan kesalahan dan tidak meminta maaf kepada suaminya malah langsung  tidur)  sedangkan suaminya marah atas sikap perbuatannya tersebut, dan shalat dua orang yang sedang bertengkar “ ( Hadis riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dengan kalimat tambahan : bahwa Allah tidak menerima shalat ketiga orang tersebut)

Dalam hadis yang sangat panjang tentang fadhilat ramadhan, Ibnu Abbas berkata bahwa Rasululah bersabda : ….Pada pagi hari (malam Lailatul Qadar) malaikat Jibril berkata kepada seliruh malaikat : barangkatlah kalian semua ke tempau tugas masing-masing. Malaikat bertanya : Wahai jibril ada apa gerangan pada pagi hari ini ? Jibril berkata : Pada pagi hari ini Allah memberikan ampunanNya kepada hamba-hambaNya kecuali empat orang”. Sahabat bertanya : Siapakah empat orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah tersebut ? rasul menjawab : “ Orang yang masih minum arak, orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, orang yang memutuskan silaturahim, dan orang yang masih bertengkar dengan saudaranya yang lain “. ( riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi ).

Dengan adanya hadis diatas, yang menyatakan bahwa amal ibadah tersangkut akibat pertengkaran dan putusnya silaturahim, maka salam masyarakat islam setelah bulan puasa, mereka berupaya untuk menghubungkan silaturahim dan saling member maaf atas kesalahan yang telah lalu. Memberikan maaf dan silaturahim tersebut merupakan syarat diterimanya amal dan mendapatkan ampunan Allah swt. Memberikan maaf merupakan amal yang mulia dan memiliki keutamaan di akhirat kelak.

Sahabat Anas menceritakan bahwa pada suatu saat dimana Rasulullah sedang duduk, kami Nampak beliau tertawa sehinga terlihat giginya. Sahabat Umar bin Khattab segera bertanya : “ Apakah yang membuat engkau tertawa ya Rasulullah ? “. Nabi menjawab : “ Ada dua orang dari umatku sedang di hadapan Allah, salah seorang berkata : “ Ya Allah, ambillah balasan kedzaliman dari saudaraku  ini “. Allah menjawab : Bagaimana aku lakukan untuk engkau sebab tidak ada sedikitpun kebaikanyang tertinggal dari  saudaramu tersebut “. Orang itu menjawab : Ya Tuhan, ambillah dosa kesalahanku dan berikan dosa itu kepadanya “. Rasul menjelaskan :” Itulah hari yang sangat hebat sebab manusia pada waktu itu menanggung dosa kawannya yang lain “.  Allah berkata kepada orang yang meminta tersebut : “ Angkatlah pandanganmu “. Orang itu mengangkat pandangannya, maka dia berkata : Ya Tuhanku aku melihat kota dari emas, dan istana dari emas yang bertahtakan permata, apakah itu disediakan untuk seorang nabi atau orang yang siddiq atau orang yang syahid ? Allah menjawab :”  Itu disediakan untuk orang yang membelinya dengan harga tertentu “ Orang tersebut bertanya : Siapakah pemilik kota dan istana tersebut ? Allah menjawab : Engkau adalah pemiliknya. Orang itu bertanya : Dengan apa aku memiliki istana tersebut ? Allah menjawab : Jika engkau memaafkan saudaramu itu “. Orang itu segera menajwab : Ya Allah, aku telah memaafkannya”. Allah berkata : Segera peganglah tangan kawanmu itu dan masuklah engkau bersamanya ke dalam surga “. Rasulullah kemudian bersabda : Bertaqwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara kamu maka Allah akan memperbaiki hubungan antar kaum muslimin “. Hadis riwayat Hakim, dan Baihaqi ( HadisNo. 3633 dari kitab Targhib dan Tarhib ).

Abu Darda menceritakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Apakah kamu ingin aku beritahu sesuatu yang lebih utama kedudukannya daripada puasa, shalat dan sedekah ? Sahabat menjawab : “  Ya , kami ingin mengetahuinya “. Rasulullah bersabda : “ Perbaikilah hubungan silaturahim antar kalian, sebab putusnya hubungan silaturahim itu merupakan “ sesuatu yang mencukur” ( bencana yang dapat menggugurkan yang lain). Hadis riwayat Abu daud, Tirmidzi, Ibnu Hibban. Tirmidzi menambahkan keterangan dengan menambah bahwasanya Rasulullah menjelaskan :” Maksud mencukur itu bukanlah mencukur rambut di kepala, tetapi mencukur agama “. Maksud hadis menyatakan bahwa rusaknya hubungan individu antar orang yang beriman itu dapat menghancurkan agama Islam.

Jika seseorang meminta maaf kepada orang lain, dan orang tersebut tidak memaafkan karena kesombongannya, maka Rasulullah saw telah bersabda : “ Barangsiapa yang datang untuk meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya kepada seseorang, dan orang tersebut tidak mau memaafkan kesalahannya itu, maka orang yang tidak mau memaafkan kesalahan kawannya itu akan menanggung dosa kesalahan orang yang bersalah tersebut “ ( hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah ).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda : “ Barangsiapa yang datang meminta maaf kepada saudaranya atas kesalahan yang dilakukannya, dan orang yang diminta maaf itu tidak mau memberikan kemaafan bagi orang tersebut, maka orang yang tidak mau memberikan maaf itu tidak akan dapat meminum air dari telagaku nanti di hari kiamat “ ( hadis riwayat Thabrani ).

Orang yang didzalimi memang akan mendapatkan pahala dan kebaikan dari orang yang melakukan kesalahan, dan dia berhak untuk menuntut kesalahan itu daripada pengadilan Allah di hari kiamat kelak, tetapi jika dia memaafkan orang yang bersalah itu sebelum orang yang bersalah itu meinta maaf . atau setelah orang itu meminta maaf, lebih tinggi nilainya daripada menuntut balasan; dan jika orang yang bersalah sudah meminta maaf, tetapi orang itu tidak memberikan kemaafannya, akibatnya dosa orang yang bersalah ditanggung orang yang tidak mau memaafkan, dan orang yang salah dan telah meminta maaf itu lepas dari dosa kesalahan yang dilakukan. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

 


Tags: PCIM , Cabang , Istimewa , KualaLumpur , Malaysia , Buletin , HalalbilHalal
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Buletin Jumat

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website