PCIM Malaysia - Persyarikatan Muhammadiyah

PCIM Malaysia
.: Home > Artikel

Homepage

Mendidik Karakter Anak Bangsa di Luar Negeri

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
12 April 2012 09:19 WIB
Dibaca: 2200
Penulis : Sulton Kamal, Sekretaris Umum PCIM Malaysia

Sejenak kita lupakan persoalan-persoalan di negeri kita, mulai dari bencana alam gempa, meletus nya gunung, lumpur lapindo, banjir tahunan dan sejumlah lagi persoalan politik dan para pilitikusnya.

Kita semua prihatin mengikuti berita dan peristiwa yang terjadi di Indonesia, yang seakan-akan tidak pernah ada kesudahannya.

Benarkah ini semua harga yang harus dibayar oleh bangsa Indonesia dalam menegakkan demokrasi, atau memang beginilah nasib yang harus diambil dalam proses kedewasaan menuju bangsa ideal yang dicita-citakan; Negara yang adil makmur sejahtera

Yang jelas, kalau kita mau mengaitkan persoalan-persoalan dan kejadian dalam negeri dengan dunia pendidikan, maka kita dapat berhipotesa seakan-akan ada sesuatu yang gagal dalam praktik pendidikan kita di lapangan selama ini,.

Di berbagai media, selalu disuguhkan dengan berita-berita pemimpin dan para pengambil kebijakan yang berperilaku korup dan tidak terpuji, yang pada akhirnya menyeret mereka masuk kedalam penjara.

Alih-alih menjadi tauladan bagi rakyat, sebaliknya malah mementingkan kehidupan pribadi dan mengkhianati amanah yang disandangnya. Diakui atau tidak, mereka semua notabene adalah produk dari pendidikan kita.

Ini adalah persoalan kepribadian manusia, integritas dan karakter seseorang akan sangat menentukan dan berpengaruh dalam kehidupannya, baik sebagai pemimpin atau rakyat jelata.

Oleh karena itu, pencanangan pendidikan berbasis karakter oleh Mendiknas Mohammad Nuh sebagai pengejawantahan dari reaktualisasi dan revitalisasi pendidikan karakter bangsa, yang dirumuskan sejak 2010 dan diimplementasikan oleh pemerintah ke seluruh pelosok sekolah di Indonesia mulai tahun pelajaran 2011/2012 dirasa penting dan menemukan pijakannya.

Memulainya dengan pendidikan

Tidak dipungkiri bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki potensi yang luar biasa besar, dari sumber daya alam sampai dengan sumber daya manusianya. Penduduk Indonesia yang besar ini diperkirakan sampai akhir 2012 akan berjumlah 245 juta.

Jumlah penduduk yang begitu besar, sebenarnya merupakan anugrah jika rata-rata penduduknya berkualitas menurut standar yang ditetapkan oleh badan dunia yang diakui.

Sayangnya, menurut UNDP dalam rilis yang dikeluarkan 2 November 2011 tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia ternyata angkanya hanya 0,617 termasuk Medium Human Development (kelompok negara berperingkat pembangunan manusianya sedang, 94-141).

Ini artinya Indonesia berada di peringkat 124 dari 187 negara (Menurun dari peringkat sebelumnya 2010 yaitu 108), Peringkat ini jauh tertinggal dari Malaysia yang berada pada posisi 61 dunia dengan angka 0.761.

Begitu pula dengan indeks pendidikan, yaitu angka harapan rata-rata tahun sekolah, Indonesia hanya 0.584, sementara Malaysia 0.730.

Padahal Indonesia sekarang sampai 20-30 tahun kedepan mempunyai jumlah angkatan kerja yang relatif besar, akibat ketidak efektifan program Keluarga Berencana (KB) pasca tumbangnya Orde Baru.

Kita sepatutnya prihatin dengan generasi yang lahir pasca reformasi 1997 yang akan mengisi kepemimpinan di Indonesia pada masa yang akan datang.

Kita tahu generasi reformasi lahir ditengah kesulitan dan hiruk-pikuk persoalan politik-ekonomi yang mengakibatkan menurunnya keseluruhan sendi-sendi kehidupan bangsa.

Termasuk juga kehidupan para orang tua ketika itu, sehingga berpengaruh kepada asupan gizi mereka yang lahir dan keupayaan mereka mendapatkan pendidikan yang selayaknya.

Oleh karenanya generasi reformasi yang di gambarkan dengan demografi penduduk yang berupa seperti gentong yang menggembung di tengah, sejatinya merupakan bentuk susunan penduduk yang sarat dengan tantangan.

Di satu sisi kalau dikelola dengan baik akan menjadi karunia illahy (Blessing Demography), karena akan ada banyak manusia yang berkualitas dimasa mendatang yang akan memimpin dan mengelola Indonesia.

Sebaliknya kalau kita salah mengurusnya dan tidak hati-hati, itu akan menjadi bencana (Disaster Demography), karena akan ada banyak manusia yang keberadaannya sia-sia.

Dari sini kita bisa melihat betapa faktor pendidikan akan menjadi kunci jawaban yang sangat menentukan bagi kesuksesan dan hitam-putihnya wajah bangsa Indonesia dimasa mendatang.

Pendidikanlah yang akan menjadikan pemimpin dan pengelola pemerintahan di Indonesia, akan mengabaikan dan menyengsarakan, atau sebaliknya mensejahterakan rakyatnya.

Diruang-ruang kelas pada hari inilah mereka para pengambil kebijakan pemerintah bangsa Indonesia sesungguhnya sedang belajar dan berlatih, dari merekalah kita berharap muncul pribadi-pribadi yang berkarakter yang mampu memikul amanat penderitaan rakyat dari Sabang sampai Merauke.

Sebagaimana yang dikonsepkan oleh tokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantoro bahwa dari pendidikanlah diharapkan muncul peserta-peserta didik yang maju budi pekertinya (kepribadian dan integritas seseorang), pikirannya (nalar seseorang) dan jasmaninya. (detikNews, Red: NlH)


Tags: PCIM , cabang , istimewa , KualaLumpur , Malaysia , Pendidikan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Pendidikan

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website